top of page

Ibadah Persiapah Hati Pelayan


Giving My Best

Belajar dari Tokoh Rehobeam (2 Tawarikh 12:1-16)

Rehobeam merupakan anak dari raja yang paling bijak yang pernah ada yaitu raja Salomo, raja yang Tuhan buat menjadi luar biasa besar dan menjadi yang paling tersohor di seluruh bumi. Berbeda dengan ayahnya raja Salomo yang selalu memberikan yang terbaik, dalam kepemimpinan Rehobeam ketika bangsa Israel berada pada puncak kejayaan, Rehobeam membawa bangsa Israel pergi meninggalkan Tuhan (ayat 1). Rehobeam memilih untuk tidak memberikan yang terbaik kepada Tuhan dengan cara pergi meninggalkan Allah. Akibatnya, kerajaan yang dulunya berada dipuncak jatuh kepada tangan raja Mesir. Sebenarnya apa saja masalah yang terjadi pada diri raja Rehobeam sehingga dia tidak memeberika yang terbaik?

1. Sombong dan berkarakter buruk, yaitu tidak menggap relasi dengan Tuhan menjadi sebuah hal yang penting dan hidup dalam dosa.

Rehobeam menjadi sombong ketika kerajaannya kokoh dan menjadi teguh, dia tidak merasa membutuhkan bimbingan dan arahan dari Tuhan, bahkan dia merasa bahwa dia tidak merasa membutuhkan Tuhan dalam kepemimpinannya. Hal yang serupa dapat terjadi pada kita saat kita melakukan pelayanan, kita dapat terjebak dalam kesombongan kita dengan apa yang kita miliki, misalnya skill. Tuhan mencari pelayan yang membutuhkan Dia, orang yang bertekad untuk selalu mengasihi dan rindu kepada Tuhan bukan mencari orang yang . Tuhan juga mencari orang yang rindu untuk kasih Allah dapat dikenal oleh orang lain.

2. Labil, tidak berusaha untuk tetap berada pada jalan Tuhan

Rehobeam terbukti merupakan orang yang labil, hal tersebut terlihat dari tindakannya yang meninggalkan Tuhan lalu kembali kepada Tuhan namun mengulangi kembali pergi meninggalkan Tuhan. Pribadi yang seperti Rehobeam ini tidak akan bisa memberikan yang terbaik kepada Tuhan karena dia bertindak sesuai dengan tujuan pribadi bukan untuk kemuliaan Tuhan. Dia tidak berupaya untuk tetap berada pada jalan Tuhan. Sebagaimana pada pelayanan kita kepada Tuhan, kita harus mampu tetap stabil berada pada jalan Tuhan. Mamang tidak dapat di pungkiri bahwa kehidupan rohani kita terjadi secara dinamis, namun Tuhan menginginkan kita untuk menjadi pribadi yang stabil dan tidak terjebak dalam kesulitan. Tidak menikmati masa-masa terpuruk melainkan harus segera mencari Tuhan untuk dapat membangkitkan kembali semangat pelayanan.

3. Kompromi, menganggap remeh

Pada saat masa kepemimpinan raja Salomo, perisai-perisai yang berada pada rumah Allah dibuat dari emas sebagai symbol kehadiran dan kekuasaan Allah. Setelah perisai-perisai tersbut di rampas oleh Sisak rehobeam menggatinya dengan tembaga. Hal tersebut menunjukkan bahwa rehobeam berkompromi dengan Allah. Hal yang serupa dapat terjadi dalam kehidupan pelayanan kita misalnya karena kita telah merasa hebat dalam bermain musik, kita tidak malakukan persiapan karena sudah merasa mampu. Persiapan tidaklah selamanya hanya masalah teknis namun persiapan juga mengingatkan kita kembali bahwa kita melayani Allah bukan manusia. Mengesampingkan hal-hal kecil juga merupakan bentuk kompromi kepada pelayanan, hal tersebut melambangkan kita menganggap remeh pelayanan dan disitu tidak ada komitmen.

Dalam melayani kita hatus memberika yang tebaik. Melayani dengan sukarela berarti menyadari pelayanan merupakan anugerah Alah, yang harus dikerjakan dengan penuh tanggung jawab. Untuk memberikan yang terbaik kita harus memiliki pribadi yang sadar bahwa kita bergantung penuh pada Tuhan, tekad sepenuhnya dalam mengasihi Allah, dan Rindu agar orang lain mengenal Tuhan. Melayani juga adalah meneladani Kristus, kita melayani karena Yesus telah terlebih dahulu melayani kita. Ketika kita melayani Tuhan tidak mengininkan Tuhan dibuat terkesan oleh kita, namun Tuhan ingin kita bergantung pada Tuhan sehingga kita dapat merasakan kasih Tuhan terlebih dahulu. Demikian kita harus memberikan yang terbaik untuk dapat merasakan kasih Tuhan

Bagaimana mengukur pelayanan kita sehingga layak dikatakan yang terbaik?

  1. Apakah motivasi kita murni untuk kasih kepada Allah dan sesama.

  2. Tidak menghitung untung /rugi dalam melayani. Ketika kita memberikan yang terbaik kita tidak menghitung kerugian waktu, usaha namun menyadari bahwa setiap pekerjaan kita adalah untuk kemuliaan Tuhan.

  3. Melakukan dengan segenap hati. Melakukan pelayanan dengan sunguh-sungguh dan segenap hati, tidak minimalis namun secara sadar ingin memberikan yang terbaik.


Featured Posts
!
Recent Posts
!
Archive
Search By Tags
No tags yet.
Follow Us
  • Facebook Basic Square
  • Twitter Basic Square
  • Google+ Basic Square
bottom of page